Radang usus adalah kondisi yang bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak hingga lansia. Penyakit ini bukan hanya sekadar masalah pencernaan biasa, melainkan kondisi kronis yang dapat menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat.
Anak-anak yang masih dalam tahap tumbuh kembang maupun lansia dengan daya tahan tubuh yang sudah menurun sama-sama memiliki risiko tinggi untuk mengalami penyakit ini.
Karena itu, penting bagi kita untuk memahami apa itu radang usus, gejala yang perlu diwaspadai, faktor risiko, serta cara diagnosis dan pengobatannya. Simak ulasan berikut!
Apa Itu Penyakit Radang Usus?
Radang usus atau dikenal juga dengan Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah sekelompok gangguan pada saluran cerna yang menyebabkan peradangan kronis. Kondisi ini dapat mengakibatkan kerusakan serius pada lapisan usus jika tidak segera ditangani.
Menurut data, lebih dari 6,8 juta orang di seluruh dunia menderita penyakit ini, dengan angka kejadian terbanyak pada usia 15 – 35 tahun. Meski demikian, kasus pada anak-anak dan kelompok lansia semakin meningkat.
Jenis utama radang usus terdiri dari dua macam. Pertama adalah kolitis ulseratif, yaitu peradangan kronis yang menimbulkan luka (ulser) di lapisan terdalam usus besar (kolon) dan rektum. Kolitis ulseratif lebih sering terjadi pada kelompok usia 50 – 70 tahun.
Kedua adalah penyakit Crohn, yang ditandai dengan peradangan mendalam pada lapisan saluran cerna dan bisa mengenai bagian mana pun, mulai dari mulut hingga anus. Berbeda dengan jenis sebelumnya, Crohn’s disease lebih sering dialami oleh kelompok usia 20 – 30 tahun.
Kedua jenis ini sama-sama dapat menimbulkan gejala berat, termasuk diare berkepanjangan, nyeri perut, hingga penurunan berat badan drastis.
Gejala Radang Usus pada Anak dan Lansia
Anak-anak dan lansia cenderung mengalami gejala radang usus yang lebih kompleks dibanding usia produktif, karena kondisi fisik mereka lebih rentan. Berikut beberapa gejala utama yang perlu diwaspadai:
Diare yang berkepanjangan
Diare adalah gejala paling umum, sering kali disertai darah atau lendir. Pada anak, diare berkepanjangan dapat memicu dehidrasi dan menghambat pertumbuhan. Sedangkan pada lansia, diare bisa memperburuk kondisi tubuh yang sudah lemah dan memicu ketidakseimbangan elektrolit.
Nyeri perut dan kram
Rasa sakit di perut bisa muncul sebelum atau sesudah buang air besar. Pada anak-anak, nyeri ini sering menyebabkan mereka sulit makan, sementara pada lansia dapat memperburuk masalah pencernaan lain yang sudah ada.
Baca juga: Penyakit Gerd: Mengenal Gerd Anxiety yang Rentan Diderita Anak Muda
Berat badan turun tanpa sebab jelas
Radang usus membuat tubuh sulit menyerap nutrisi. Anak yang terkena dapat mengalami keterlambatan pertumbuhan, sedangkan pada lansia, kondisi ini dapat mempercepat proses frailty (kerapuhan) dan meningkatkan risiko komplikasi lain.
Kelelahan dan lemas
Peradangan kronis membuat energi tubuh terkuras. Anak akan tampak kurang aktif dan mudah lelah saat bermain, sedangkan pada lansia gejala ini bisa mengganggu aktivitas harian hingga meningkatkan risiko jatuh.
Demam dan nafsu makan berkurang
Peradangan usus sering kali disertai demam ringan hingga sedang. Pada anak, gejala ini menyebabkan sulit makan sehingga kebutuhan gizi tidak tercukupi. Lansia yang mengalami penurunan nafsu makan juga berisiko tinggi mengalami malnutrisi.
Faktor Risiko Penyakit Radang Usus
Menurut Mayo Clinic, ada sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini, baik anak maupun lansia. Berikut beberapa di antaranya:
Riwayat keluarga
Anak dengan orang tua atau saudara kandung yang pernah menderita radang usus memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami penyakit serupa. Pada lansia, faktor genetik tetap berperan meski risiko meningkat seiring usia.
Usia
Sebagian besar kasus radang usus didiagnosis pada usia muda, namun anak kecil dan lansia juga memiliki kerentanan. Pada lansia, diagnosis bisa lebih sulit karena sering disalahartikan sebagai penyakit pencernaan lain.
Pola makan tidak sehat
Konsumsi makanan tinggi lemak, gula, dan olahan berlebihan berkontribusi besar pada peradangan usus. Anak yang gemar jajan sembarangan dan lansia yang kurang memperhatikan pola makan sehat sama-sama berisiko tinggi.
Merokok
Kebiasaan merokok terbukti menjadi faktor risiko utama penyakit Crohn. Bahkan, merokok dapat memperburuk gejala dan mempercepat progresivitas penyakit, terutama pada lansia yang sudah memiliki masalah kesehatan lain.
Penggunaan obat tertentu
Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen, naproxen, atau diklofenak bisa memperparah peradangan usus. Pada lansia, penggunaan obat ini untuk penyakit lain (misalnya nyeri sendi) sering kali tidak disadari bisa memicu radang usus.
5 Kebiasaan yang Perlu Dihindari agar Tak Terkena Radang Usus
Selain faktor risiko di atas, ada kebiasaan sehari-hari yang bisa memicu peradangan usus. Menghindarinya adalah langkah pencegahan penting. Apa saja?
Tidak mencuci tangan setelah dari toilet
Kebersihan tangan berperan besar dalam mencegah penyebaran bakteri penyebab infeksi usus. Anak yang belum terbiasa menjaga kebersihan berisiko tinggi tertular, sedangkan lansia dengan daya tahan tubuh rendah bisa mengalami infeksi lebih berat.
Jajan sembarangan
Makanan atau minuman yang tidak higienis rentan mengandung bakteri Salmonella atau E. coli. Anak-anak seringkali tidak selektif dalam memilih jajanan, sementara lansia yang mengonsumsi makanan terkontaminasi lebih sulit pulih karena metabolisme tubuhnya sudah melemah.

Sering makan gorengan
Gorengan mengandung zat berbahaya yang bisa memperparah peradangan usus. Konsumsi berlebihan membuat saluran cerna lebih rentan mengalami iritasi, baik pada anak maupun lansia.
Kebiasaan mengonsumsi daging olahan
Makanan seperti sosis, kornet, atau daging kalengan tinggi zat aditif dan karsinogen yang bisa memicu peradangan. Bagi lansia, makanan ini juga dapat meningkatkan risiko penyakit kanker usus besar.
Mengabaikan pola makan sehat
Kurangnya asupan serat, vitamin, dan cairan memperburuk kesehatan usus. Anak membutuhkan gizi seimbang untuk tumbuh, sedangkan lansia memerlukan makanan bergizi untuk menjaga fungsi tubuh dan memperlambat kerusakan usus.
Diagnosis Radang Usus
Diagnosis radang usus biasanya dilakukan melalui serangkaian pemeriksaan medis, yang terdiri dari:
Tanya Jawab dan Pemeriksaan Fisik
Tahap awal diagnosis dimulai dengan tanya jawab seputar gejala, riwayat kesehatan pasien, serta riwayat keluarga yang mungkin memiliki penyakit serupa. Dokter juga melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk menilai kondisi umum pasien, termasuk adanya nyeri tekan pada perut atau tanda-tanda peradangan lain.
Jika keluarga Anda ada yang memiliki gejala dan butuh pemeriksaan lebih lanjut, Anda bisa berobat di Penang untuk mendapat biaya lebih terjangkau dengan pelayanan maksimal dan fasilitas internasional.
Baca juga: Itinerary Perjalanan Wisata Medis ke Penang Selama 3 Hari 2 Malam
Pemeriksaan Sampel Tinja
Tes tinja membantu mendeteksi adanya darah tersembunyi, infeksi bakteri, atau parasit yang bisa menyebabkan gejala serupa radang usus. Pemeriksaan ini juga dapat menunjukkan tanda-tanda peradangan yang tidak terlihat secara kasat mata, sehingga penting untuk membedakan radang usus dengan infeksi pencernaan biasa.
Tes Darah
Tes darah digunakan untuk mengecek apakah pasien mengalami anemia akibat perdarahan kronis di usus atau tanda infeksi sistemik. Selain itu, pemeriksaan darah juga membantu menilai kadar zat besi, protein, serta tanda peradangan dalam tubuh, sehingga dokter bisa menilai sejauh mana penyakit memengaruhi kondisi umum pasien.
Endoskopi dan Biopsi
Endoskopi dilakukan dengan memasukkan selang fleksibel berkamera melalui mulut atau anus untuk melihat langsung kondisi lapisan usus. Selama prosedur ini, dokter bisa mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk diperiksa di laboratorium. Biopsi penting untuk memastikan diagnosis sekaligus menentukan jenis radang usus yang diderita pasien.
Pemeriksaan Pencitraan
Jika diperlukan, dokter dapat menggunakan pemindaian seperti Rontgen, USG perut, CT scan, atau MRI. Pemeriksaan ini membantu melihat gambaran saluran cerna secara menyeluruh, menilai perluasan peradangan, serta mendeteksi adanya komplikasi seperti penyumbatan, fistula, atau abses.
Pengobatan Radang Usus
Tujuan utama pengobatan adalah mengurangi peradangan, meredakan gejala, serta mencegah komplikasi. Beberapa pilihan pengobatan radang usus yang umum digunakan antara lain:
Pemberian Obat 5–Aminosalicylates (5-ASA)
Obat golongan 5-ASA seperti sulfasalazine biasanya diberikan pada pasien dengan radang usus ringan hingga sedang. Obat ini dapat dikonsumsi secara oral atau dimasukkan melalui anus, bekerja langsung di lapisan usus untuk mengurangi peradangan dan mencegah kekambuhan gejala.
Kortikosteroid
Untuk kasus yang lebih serius, dokter dapat meresepkan kortikosteroid. Obat ini bertujuan menekan peradangan secara cepat, terutama pada pasien dengan gejala sedang hingga berat. Namun, penggunaannya umumnya bersifat jangka pendek karena berisiko menimbulkan efek samping bila dipakai terlalu lama.
Obat Imunosupresif dan Terapi Biologis
Imunosupresif seperti azathioprine atau ciclosporine membantu menghambat aktivitas sistem imun yang menyerang usus. Sementara itu, terapi biologis bekerja lebih spesifik dengan menargetkan molekul tertentu pemicu peradangan, seperti TNF atau integrin.
Contoh obat biologis antara lain infliximab, adalimumab, dan vedolizumab, yang efektif untuk pasien dengan radang usus kronis atau sulit ditangani.
Obat Simptomatik dan Suplemen
Selain obat utama, pasien juga bisa mendapatkan antibiotik bila ada infeksi, obat antidiare seperti loperamide, atau obat pereda nyeri seperti paracetamol. Suplemen zat besi sering direkomendasikan untuk pasien dengan anemia, sementara kalsium dan vitamin D dibutuhkan untuk mencegah osteoporosis pada penderita penyakit Crohn.
Tindakan Operasi
Jika terapi obat tidak cukup efektif, operasi bisa menjadi pilihan terakhir. Pada kolitis ulseratif, operasi biasanya berupa pengangkatan usus besar dan rektum, sedangkan pada penyakit Crohn tujuannya adalah membuang bagian usus yang rusak atau menutup fistula.
Meski dapat membantu mengurangi gejala, operasi bukan penyembuhan total dan Anda tetap perlu didukung dengan pengobatan lanjutan.
Jika Anda bekerja sama dengan medical concierge seperti Medtrip, untuk pemeriksaan di rumah sakit Penang, akan jadi lebih mudah untuk melakukan pengobatan lanjutan.
Pemilihan dokter, rumah sakit, booking jadwal pemeriksaan, sampai akomodasi dan transportasi di Penang, sudah bisa terima beres. Anda tinggal fokus menjalani pengobatan. Yuk, hubungi kami untuk berkonsultasi sekarang juga!