Hubungi Kami
serangan jantung

Serangan jantung tidak lagi menjadi penyakit yang hanya menyerang orang tua. Kini, banyak anak muda berusia di bawah 30 tahun pun sudah menghadapi risiko yang sama. Faktor penyebabnya beragam, mulai dari pola makan tidak sehat, kebiasaan merokok, hingga stres berkepanjangan. 

Data dari Riset Kesehatan Dasar 2018 bahkan menunjukkan prevalensi penyakit jantung di Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 1,5%. Itu sebabnya, memahami apa itu serangan jantung, gejalanya, hingga cara pencegahannya sejak dini sangatlah penting. Yuk, simak pembahasannya di bawah ini!

Pengertian Serangan Jantung

Serangan jantung atau dalam istilah medis disebut infark miokard adalah kondisi ketika aliran darah menuju otot jantung tiba-tiba terhenti. Biasanya hal ini terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah koroner karena penumpukan plak kolesterol. 

Plak tersebut bisa pecah, lalu membentuk gumpalan darah yang menyumbat aliran oksigen ke jantung. Ketika suplai oksigen terhenti, jaringan jantung akan mulai rusak, sehingga menimbulkan rasa nyeri hebat di dada dan komplikasi serius lainnya.

Meski sering dianggap hanya terjadi pada orang tua, serangan jantung juga dapat menyerang anak muda. Faktor gaya hidup, seperti konsumsi makanan tinggi lemak, merokok, kurang olahraga, serta stres berlebihan, kini menjadi pemicu utama. 

Bahkan, beberapa penelitian menyebutkan bahwa gaya hidup tidak sehat memiliki pengaruh yang lebih besar dibanding faktor usia. Oleh karena itu, pemahaman mengenai kondisi ini sangat penting agar generasi muda bisa lebih waspada dan melakukan pencegahan sejak awal.

Gejala Serangan Jantung yang Perlu Diwaspadai

Mengenali gejala serangan jantung sejak dini bisa menyelamatkan nyawa. Berikut enam tanda yang perlu diperhatikan:

  1. Nyeri Dada (Angina)
    Nyeri dada adalah gejala paling umum. Rasa sakit biasanya terasa seperti ditekan atau terbakar di bagian tengah hingga kiri dada. Gejala ini muncul karena aliran darah yang kaya oksigen tidak sampai ke otot jantung akibat penyumbatan arteri.
  2. Kelelahan yang Tidak Wajar
    Rasa lelah ekstrem meski sudah beristirahat bisa menjadi pertanda jantung tidak mampu memompa darah secara efisien. Tubuh akhirnya kekurangan suplai oksigen, sehingga muncul rasa lelah berkepanjangan.
  3. Sesak Napas
    Sesak napas atau napas berat muncul ketika cairan menumpuk di paru-paru akibat jantung tidak bekerja optimal. Gejala ini bisa muncul saat beraktivitas ringan, bahkan saat beristirahat.
  4. Nyeri Menyebar ke Tubuh Bagian Kiri
    Rasa sakit yang menjalar ke lengan, bahu, leher, hingga rahang, dan sering kali disertai nyeri dada. Hal ini terjadi karena area jantung tidak menerima suplai oksigen yang cukup.
  5. Keringat Dingin Tanpa Aktivitas
    Tubuh yang tiba-tiba mengeluarkan keringat dingin tanpa alasan jelas dapat menandakan jantung bekerja ekstra keras. Kondisi ini sering menjadi tanda serangan jantung yang sedang berlangsung.
  6. Bengkak di Kaki dan Pergelangan
    Cairan yang menumpuk di bagian bawah tubuh, seperti kaki atau pergelangan, bisa menjadi tanda gagal jantung. Kondisi ini disebabkan jantung tidak mampu memompa darah dengan baik.

Baca juga: 10 Pantangan Penting bagi Penderita Pembengkakan Jantung dan Tips Gaya Hidup Sehat

Penyebab Serangan Jantung di Usia Muda

Kasus serangan jantung pada usia muda meningkat pesat. Berikut sembilan penyebab utama yang perlu diwaspadai:

Kolesterol Tinggi

Kolesterol jahat yang menumpuk dapat membentuk plak pada arteri. Plak ini lama-kelamaan mengeras dan menyumbat aliran darah ke jantung. Konsumsi makanan cepat saji, gorengan, dan daging berlemak menjadi penyebab utamanya.

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi disebut silent killer karena sering tidak menimbulkan gejala. Tekanan darah yang terus tinggi akan merusak dinding pembuluh darah dan memicu aterosklerosis, yang berujung pada serangan jantung.

Kurang Aktivitas Fisik

Gaya hidup sedentari, seperti terlalu banyak duduk atau jarang berolahraga, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Penelitian menunjukkan orang yang duduk lebih dari 23 jam per minggu memiliki risiko 64% lebih tinggi meninggal akibat penyakit jantung.

Merokok dan Vaping

Merokok merusak lapisan arteri, meningkatkan risiko penggumpalan darah, dan mempercepat aterosklerosis. Bahkan vaping tetap berbahaya, karena nikotin di dalamnya bisa meningkatkan detak jantung dan tekanan darah.

Konsumsi Alkohol Berlebihan

Alkohol berlebih menyebabkan kerusakan otot jantung, menaikkan tekanan darah, dan memicu peradangan pada arteri. Kondisi ini bisa mempercepat terbentuknya penyumbatan di pembuluh darah.

Obesitas

Kelebihan berat badan membuat jantung bekerja ekstra keras. Obesitas juga berkaitan dengan kondisi lain seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi, yang semuanya meningkatkan risiko serangan jantung.

Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner terjadi ketika arteri koroner yang bertugas mengalirkan darah ke jantung menyempit akibat penumpukan zat, terutama kolesterol. 

Penumpukan ini dapat membentuk plak dan gumpalan darah yang menghambat aliran darah ke jantung, sehingga otot jantung bekerja lebih keras dan berisiko mengalami kerusakan. Jika sumbatan terjadi secara total, serangan jantung bisa muncul secara mendadak bahkan pada usia muda.

Baca juga: Begini Tips Jantung Sehat dari Dr Donald Ang Swee Cheng, Kardiolog Island Hospital Penang

Hipoksemia

Hipoksemia adalah kondisi langka ketika kadar oksigen dalam darah terlalu rendah, biasanya akibat gangguan paru-paru atau keracunan gas karbon monoksida. 

Kekurangan oksigen membuat otot jantung tidak mendapat suplai yang cukup untuk bekerja optimal, sehingga lama-kelamaan bisa memicu kerusakan jantung. Pada beberapa kasus, gejalanya berupa sesak napas yang sering kambuh hingga akhirnya berujung pada serangan jantung.

Coronary Artery Spasm (CAS)

Coronary Artery Spasm atau kejang arteri koroner adalah penyempitan pembuluh darah jantung yang terjadi secara tiba-tiba dan bersifat sementara. Meskipun tidak sama dengan penyakit jantung koroner yang kronis, CAS bisa menyebabkan nyeri dada hebat dan meningkatkan risiko serangan jantung bila dibiarkan tanpa penanganan. Kondisi ini lebih sering ditemukan pada pengguna obat terlarang atau mereka yang memiliki faktor risiko tertentu.

Cara Mencegah Terjadinya Serangan Jantung

Pencegahan adalah langkah terbaik untuk menurunkan risiko serangan jantung, apalagi di usia muda ketika kebiasaan sehat bisa memberi dampak besar dalam jangka panjang. Berikut delapan cara yang bisa dilakukan:

1. Rutin Berolahraga

Olahraga merupakan cara paling efektif untuk menjaga kesehatan jantung. Aktivitas fisik secara teratur membantu memperkuat otot jantung, memperlancar sirkulasi darah, sekaligus mengendalikan tekanan darah. 

Menurut American Heart Association, seseorang disarankan melakukan olahraga aerobik intensitas sedang selama 150 menit per minggu atau intensitas tinggi selama 75 menit per minggu. Pilihan olahraga yang ramah jantung antara lain berjalan cepat, jogging, bersepeda, berenang, atau senam.

Selain itu, olahraga juga membantu membakar kalori berlebih yang dapat memicu obesitas. Dengan menjaga berat badan tetap ideal, risiko diabetes dan kolesterol tinggi yang berhubungan langsung dengan penyakit jantung bisa ditekan. 

Namun, penting diingat untuk tidak berolahraga secara berlebihan karena justru bisa membebani jantung. Mulailah dengan aktivitas ringan, lalu tingkatkan secara bertahap sesuai kemampuan tubuh.

2. Hindari Kebiasaan Merokok

Rokok mengandung ribuan zat berbahaya yang dapat merusak pembuluh darah dan jantung. Nikotin meningkatkan tekanan darah, sementara karbon monoksida mengurangi kadar oksigen dalam darah. 

Kedua efek ini memaksa jantung bekerja lebih keras, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung secara signifikan. Tidak hanya perokok aktif, perokok pasif pun memiliki risiko yang sama akibat paparan asap rokok.

Berhenti merokok terbukti mampu menurunkan risiko serangan jantung hanya dalam waktu satu tahun. Bahkan, menurut penelitian, dalam lima tahun pasca berhenti merokok, risiko penyakit jantung bisa setara dengan orang yang tidak pernah merokok. Oleh karena itu, berhenti merokok adalah salah satu investasi kesehatan terbesar yang bisa dilakukan sejak muda.

3. Terapkan Pola Makan Sehat

Asupan makanan sangat menentukan kesehatan jantung. Pola makan tinggi lemak jenuh (seperti fast food), gula, dan garam berlebihan dapat meningkatkan kolesterol jahat, tekanan darah tinggi, serta obesitas. Sebaliknya, pola makan sehat dengan memperbanyak konsumsi sayuran, buah, kacang-kacangan, biji-bijian, dan ikan berlemak kaya omega-3 mampu melindungi jantung dari kerusakan.

Mengikuti prinsip diet jantung sehat, seperti pola Mediterranean diet (yang lebih mengutamakan makanan nabati), terbukti menurunkan risiko serangan jantung hingga 30%. Selain itu, mengganti minyak goreng biasa dengan minyak zaitun, mengurangi makanan cepat saji, serta membatasi minuman manis bisa memberi dampak positif jangka panjang. 

4. Jaga Berat Badan Ideal

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terbesar penyakit jantung. Kelebihan lemak tubuh, terutama di area perut, sering dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah, kolesterol tinggi, dan resistensi insulin yang memicu diabetes. Semua kondisi tersebut memperbesar kemungkinan terjadinya serangan jantung.

Menjaga berat badan ideal dapat dilakukan dengan kombinasi olahraga teratur dan pola makan sehat. Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) bisa menjadi panduan untuk mengetahui apakah berat badan sudah proporsional atau belum. 

Jika berada di kategori berlebih, turunkan berat badan secara bertahap melalui pengaturan pola makan, bukan dengan diet ekstrem. Dengan begitu, jantung bisa bekerja lebih optimal tanpa terbebani.

5. Kelola Stres dengan Baik

Stres berkepanjangan dapat memicu perubahan biologis yang membahayakan jantung. Saat stres, tubuh melepaskan hormon kortisol dan adrenalin yang meningkatkan tekanan darah dan detak jantung. 

Jika kondisi ini berlangsung lama, maka risiko aterosklerosis dan serangan jantung akan meningkat. Selain itu, stres sering memicu kebiasaan tidak sehat, seperti merokok, makan berlebihan, atau mengonsumsi alkohol.

Untuk mengelola stres, penting menerapkan teknik relaksasi sederhana. Meditasi, yoga, atau sekadar meluangkan waktu untuk hobi bisa membantu menurunkan ketegangan emosional.

Selain itu, menjaga kualitas tidur dan menjaga komunikasi yang baik dengan orang terdekat juga mampu menurunkan risiko stres kronis. Dengan pikiran yang lebih tenang, kesehatan jantung pun bisa lebih terjaga.

6. Lakukan Medical Check Up Rutin

Penyakit jantung sering berkembang tanpa gejala jelas di tahap awal. Medical check up secara rutin, seperti cek tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah, sangat penting dilakukan untuk mendeteksi risiko lebih awal. 

Bagi orang tanpa riwayat penyakit, medical check up bisa dilakukan setahun sekali. Namun, untuk mereka yang memiliki faktor risiko seperti obesitas, kebiasaan merokok, atau riwayat keluarga dengan penyakit jantung, disarankan lebih sering (2 – 3 kali setahun). 

Baca juga: Ketahui Kapan Anda Harus Check Up Kesehatan, Ini Dia 5 Tandanya!

Jika Anda ingin melakukan medical check up di luar negeri (misal, di Malaysia dan Singapura) dengan harga yang lebih terjangkau dari rumah sakit swasta di Indonesia, Medtrip bisa bantu memudahkan segala urusannya.

Mulai dari tahap perencanaan (memilih rumah sakit dan paket perawatan), registrasi ke rumah sakit di Malaysia, mengatur transportasi dan akomodasi selama di Malaysia, hingga pendampingan bila dibutuhkan pemeriksaan lanjutan oleh dokter spesialis. Pengalaman berobat di luar negeri jadi lebih nyaman dan bebas stres.    

7. Batasi Konsumsi Alkohol

Meskipun beberapa penelitian menyebutkan konsumsi alkohol dalam jumlah kecil mungkin memiliki efek kardioprotektif, nyatanya kebiasaan minum berlebihan jauh lebih berbahaya.

Alkohol berlebih dapat meningkatkan tekanan darah, memicu aritmia, hingga merusak otot jantung. Selain itu, alkohol mengandung kalori tinggi yang bisa memicu obesitas, salah satu faktor utama penyakit jantung.

Jika seseorang ingin tetap mengonsumsi alkohol, sebaiknya dilakukan dalam batas aman, misalnya tidak lebih dari satu gelas per hari untuk wanita dan dua gelas untuk pria. Namun, bagi mereka yang sudah memiliki risiko tinggi penyakit jantung, sepenuhnya menghindari alkohol merupakan pilihan terbaik. 

8. Tidur yang Cukup

Tidur bukan hanya soal istirahat, tetapi juga proses penting untuk memperbaiki fungsi tubuh, termasuk jantung. Kurang tidur meningkatkan risiko obesitas, diabetes melitus, serta tekanan darah tinggi, yang semuanya terkait erat dengan serangan jantung. 

Penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa yang tidur kurang dari enam jam per malam memiliki risiko penyakit jantung lebih tinggi dibanding mereka yang tidur cukup.

Untuk menjaga kesehatan jantung, pastikan tidur selama 7 – 8 jam setiap malam dengan kualitas yang baik. Membiasakan pola tidur teratur, menghindari gadget sebelum tidur, serta menciptakan suasana kamar yang nyaman bisa membantu mendapatkan tidur yang nyenyak.

Serangan jantung kini bukan hanya penyakit orang tua, melainkan juga ancaman nyata bagi anak muda. Dengan mengenali gejala sejak awal (misal dengan rutin melakukan health screening), semakin besar peluang untuk terhindar dari ancaman yang sering disebut “silent killer” ini.