Hubungi Kami

Hati-hati Jika Ada Benjolan di Tulang Belakang si Kecil, Bisa Jadi Gejala Meningokel

meningokel

Sebagai orang tua yang masih memiliki anak bayi perlu diketahui sejak dini, apakah bayinya memiliki kelainan-kelainan bawaan? Salah satunya adalah meningokel atau kelainan bawaan pada sistem saraf dan sistem pencernaan. 

 

Meningokel adalah bagian dari Spina bifida. Spina bifida adalah salah satu kelainan  bawaan yang ditandai oleh adanya celah atau defek pada tulang belakang dan sumsum tulang belakang bayi. 

 

Kondisi seperti ini terjadi di berbagai bagian tulang belakang jika tabung saraf bayi tidak tertutup dengan sempurna, yang pada akhirnya mengakibatkan kerusakan pada saraf tulang belakang dan saraf lainnya.

Apa Saja Jenis Kelainan Spina Bifida?

Seperti yang telah disebut di atas, bahwa salah satu jenis kelainan Spina Bifida adalah meningokel. Namun, ada beberapa jenis kelainan berdasarkan celah yang terbentuk pada tulang belakang. 

 

Spina bifida dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu spina bifida okulta, meningokel, dan mielomeningokel.

 

  1. Spina Bifida Okulta

 

Pada spina bifida okulta, celah yang berada di ruas tulang belakang berukuran lebih kecil sehingga sering kali tidak mempengaruhi kerja dari sistem saraf. Jenis spina bifida ini merupakan yang paling umum terjadi dan biasanya tidak diketahui kecuali kondisi ini terdeteksi secara tidak sengaja (accidental finding) ketika tes pencitraan. 

 

  1. Meningokel

 

Meningokel merupakan jenis spina bifida dengan celah pada ruas belakang yang berukuran lebih besar. Kondisi ini menyebabkan selaput yang melindungi saraf tulang belakang terdorong keluar dari bagian tulang belakang melalui celah sehingga dapat membentuk kantung pada punggung bayi. 

 

Kantung tersebut biasanya hanya berisi cairan yang berada di sekitar otak dan sumsum tulang belakang (cairan serebrospinal) tanpa adanya serabut saraf, sehingga jarang sekali menyebabkan kerusakan saraf atau hanya terdapat disfungsi ringan yang memengaruhi kandung kemih dan usus.

Meningokel terjadi ketika saluran yang biasanya membentuk sistem saraf tengah dan sistem pencernaan janin tidak berkembang dengan benar selama masa kehamilan. Sebagai akibatnya, terjadi suatu tonjolan yang berisi cairan otak dan selaput yang menonjol melalui celah pada tulang belakang.

 

  1. Mielomeningokel

 

Mielomeningokel adalah jenis spina bifida yang berbahaya. Serupa dengan meningokel, mielomeningokel menyebabkan membran yang melindungi saraf tulang belakang terdorong keluar melalui celah dan membentuk kantung pada punggung penderitanya. 

 

Namun, pada kantung tersebut, terdapat sebagian serabut saraf tulang belakang dan jaringan lainnya yang tak terlindungi. Kondisi tersebut dapat berisiko menyebabkan gangguan neurologis seperti paralisis, disfungsi pencernaan dan kandung kemih, hingga rentan mengalami infeksi yang mengancam nyawa.

 

Penyebab Meningokel

Hingga saat ini belum dapat dipastikan penyebab meningokel. Tetapi faktor genetik dan lingkungan diperkirakan memainkan peran penting dalam perkembangan kelainan ini. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya meningokel termasuk:

Faktor Genetik 

Riwayat keluarga dengan riwayat kelainan bawaan seperti meningokel dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kondisi ini.

Kekurangan Asam Folat 

Defisiensi asam folat selama kehamilan dapat meningkatkan risiko meningokel pada janin. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk memastikan asupan yang cukup asam folat selama kehamilan.

 

Paparan Teratogen 

Teratogen adalah zat atau agen yang dapat menyebabkan kelainan perkembangan pada janin. Paparan teratogen selama kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya meningokel.

 

Gejala Meningokel

Gejala meningokel terutama terkait dengan kelainan fisik yang dapat terlihat pada bayi yang baru lahir. Beberapa gejala dan tanda yang umumnya terkait dengan meningokel meliputi:

Tonjolan pada Kulit 

Tanda utama meningokel adalah tonjolan yang dapat terlihat di area tulang belakang bayi yang baru lahir. Tonjolan ini biasanya berisi cairan otak dan selaput.

 

Kehilangan Fungsi Saraf

Meningokel dapat mempengaruhi fungsi sistem saraf, yang dapat mengakibatkan gangguan motorik atau sensorik. Beberapa bayi yang lahir dengan meningokel dapat mengalami kelemahan otot atau gangguan fungsi sensorik.

 

Infeksi 

Kulit yang menutupi tonjolan meningokel mungkin rentan terhadap infeksi. Bayi dengan meningokel perlu mendapatkan perawatan khusus untuk mencegah infeksi.

 

Masalah Pencernaan 

Meningokel juga dapat mempengaruhi sistem pencernaan, yang dapat mengakibatkan masalah seperti gangguan pencernaan, masalah makan, atau gangguan usus.

 

Diagnosis Meningokel

Meningokel biasanya didiagnosis setelah kelahiran bayi melalui pemeriksaan fisik. Dokter akan memeriksa benjolan pada tulang belakang bayi dan dapat melakukan tes tambahan seperti pencitraan, seperti MRI atau CT scan, untuk mengevaluasi kelainan lebih lanjut. Selain itu, tes genetik dapat dilakukan untuk mencari tahu apakah ada faktor genetik yang terlibat.

 

Dampak Meningokel pada Bayi

 

Meningokel dapat memiliki dampak yang signifikan pada bayi. Dampak ini dapat bervariasi tergantung pada sejauh mana kelainan mempengaruhi sistem saraf dan sistem pencernaan. Beberapa dampak yang mungkin terjadi meliputi:

Masalah Motorik 

Jika sistem saraf terpengaruh, bayi yang lahir dengan meningokel mungkin mengalami masalah motorik seperti kelemahan otot atau kesulitan bergerak.

 

Masalah Sensorik 

Gangguan sensorik seperti gangguan perasaan atau gangguan penglihatan mungkin terjadi pada individu dengan meningokel.

Masalah Pencernaan 

Masalah pencernaan seperti gangguan makan atau gangguan usus dapat memengaruhi kualitas hidup individu yang terkena.

 

Perawatan Seumur Hidup 

Beberapa individu dengan meningokel mungkin memerlukan perawatan medis dan intervensi seumur hidup untuk mengelola kondisi mereka.

 

Meminimalisir dan Pencegahan Meningokel

Risiko bayi menderita meningokel dan cacat tabung saraf atau spina bifida bisa diminimalisir dan bahkan dicegah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi asam folat oleh ibu pada saat kehamilan. 

 

Ibu hamil disarankan untuk mulai mengkonsumsi suplemen asam folat sekitar 400–600 mikrogram setiap hari, setidaknya 1 bulan sebelum hamil. Asam folat pun harus tetap dikonsumsi selama 12 minggu pertama masa kehamilan.

 

Untuk mencukupi kebutuhan asam folat, ibu hamil dapat mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat antara lain:

  • Sayuran, seperti asparagus, bayam, brokoli, dan kentang
  • Buah-buahan, misalnya buah jeruk, tomat, dan alpukat
  • Biji-bijian, misalnya oatmeal dan roti gandum
  • Ikan
  • Telur
  • Kacang-kacangan, misalnya kacang kedelai dan kacang merah

 

Asam folat merupakan nutrisi yang larut dalam air. Jadi, jika ingin mendapatkan kandungan asam folat yang optimal, disarankan untuk mengukus (bukan merebus) makanan yang mengandung asam folat.

 

Namun, jangan terlalu lama memasak makanannya karena dapat menghilangkan asam folat yang ada di dalamnya. Selain dari makanan, asam folat juga bisa diperoleh melalui suplemen kehamilan yang diresepkan oleh dokter.

 

Konsultasikan keluhan dan penyakit yang diderita ke dokter berpengalaman, serta alat kesehatan yang terbaik, dan juga terjangkau ke Malaysia. Saat ini di Malaysia sedang menjadi pusat wisata medis terkemuka di dunia. Banyak pasien menjatuhkan pilihannya untuk pergi berobat ke sana. 

 

Dapatkan konsultasi gratis berobat ke Malaysia bersama Medtrip. Dengan Medtrip kamu akan dimudahkan mendapatkan informasi mengenai dokter dan rumah sakit sesuai dengan kebutuhanmu. 

Berita Terbaru

×